-->

Ads 720 x 90

Fiksioner Free Blogger Theme Download

Membuka Kotak Pandora Polri


Seperti kisah kotak Pandora, saling tuding antara sejumlah jenderal di institusi Kepolisian sejatinya bisa menjadi pintu masuk untuk membongkar berbagai praktek mafia hukum yang bertahun-tahun bergentayangan di institusi itu namun sangat sulit diungkap.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa institusi kepolisian dihantui oleh persoalan integritas akibat praktek korupsi, kolusi dan nepotisme. Praktek ini bahkan ditengarai telah melembaga di tubuh Polri. Indeks suap 15 institusi publik di Indonesia yang dilansir Transaparansi Internasional Indonesia (TII) menempatkan Polri di peringkat paling atas. Hasil survei itu mengatakan jumlah kasus suap tertinggi masih terjadi di lingkungan kepolisian yang notabene merupakan aparat penegak hukum terdepan yang berhubungan langsung dengan masyarakat.
Survei itu mengatakan 48% atau hampir separuh dari masyarakat yang melakukan interaksi dengan aparat/institusi kepolisian harus membayar dan mengeluarkan uang agar masalah yang dihadapinya dapat selesai dengan baik dan cepat. Mendung makin membayangi institusi kepolisian akibat ulah anggotanya yang main tembak, salah tangkap, dan mengkriminalisasi serta menjebak warga sipil. Sebenarnya, krisis integritas bukan hanya terjadi di institusi kepolisian di Indonesia.
Sejumlah negara di dunia juga pernah menghadapi persoalan yang sama. Bahkan, di Mexico pernah terjadi dua kelompok polisi saling serang dengan senjata api di jalanan hingga menewaskan dan melukai sejumlah orang.
Ironisnya, perang itu terjadi karena satu kelompok polisi ingin membebaskan pengedar narkoba yang ditangkap oleh kelompok polisi lainnya. Persoalan suap juga menjadi penyakit kronis di kepolisian Mexico. Hampir setiap hari anggota kepolisian keluar untuk mencari uang di jalanan dan menyuap bos mereka agar posisinya bisa tetap bertahan untuk beberapa tahun.

Kemauan Politik Pemerintah
Hingga akhirnya Presiden Mexico, Filipe Calderon yang memiliki kemauan politik yang besar untuk membersihkan kepolisian menugaskan seorang sarjana teknik, Garcia Luna untuk mereformasi kepolisian. Di tengah keraguan banyak pihak mengenai kemampuannya, Garcia pun lantas memberhentikan 284 pejabat tinggi kepolisian. Di saat yang bersamaan dia mempromosikan 1.600 perwira dan merekrut personel kepolisian baru hingga 3.000 orang. Perekrutan anggota kepolisian baru itu pun tidak dilakukan sembarangan. Untuk menjaring kader terbaik, Garcia turun ke perguruan tinggi-perguruan tinggi. Maka direkrutlah sarjana-sarjana yang merupakan lulusan terbaik untuk bertugas di lembaga kepolisian. Untuk menarik minat pemuda-pemuda yang cerdas dan masih memiliki integritas itu, Garcia menaikkan standar gaji di kepolisian hingga dua kali lipat.
Bersamaan dengan itu, Garcia mengembalikan anggota kepolisian yang masih bertugas ke bangku pendidikan. Mereka yang mengikuti pendidikan ini diharuskan melewati uji verifikasi dan standar profesi yang ketat jika ingin kembali bertugas di kepolisian. Menurut Garcia korupsi di lembaga penegak hukum akan mendorong evolusi kejahatan dan berbagai tindakan kriminal lainnya.

Polisi Bersenjata Komputer
Rumus lain yang dikembangkan Garcia adalah mengubah paradigma kekuatan senjata dengan kekuatan teknologi. Pistol bagi aparat kepolisian adalah komputer, demikian slogan yang didengungkan. Maka, selanjutnya deretan polisi berseragam lengkap yang tekun duduk di depan komputer menjadi pemandangan biasa di gedung kepolisian. Komputer-komputer itu terhubung dengan pusat data nasional. Sementara di tengah ruangan terpasang layar besar yang menerima gambar dari kamera-kamera yang berada di berbagai penjuru kota. Jaringan data ini dengan mudah dan cepat memberikan data para tersangka pelaku kejahatan dari berbagai kota di Mexico. Gebrakan ala Garcia ini pun akhirnya berhasil mengubah wajah kepolisian Mexico yang sebelumnya coreng moreng akibat perilaku korup anggota menjadi lembaga yang disebut-sebut sebagai kepolisian abad-21.
Kembali ke Indonesia, berbekal pengakuan Susno, Satgas Pemberantasan Mafia Hukum semestinya bisa menjelma menjadi ‘Pandora’ wanita cantik jelita yang membuka kotak pemberian Dewa Zeus yang ternyata berisi berbagai bentuk kebencian, kejahatan dan pengkhianatan. Dan seperti Pandora yang menemukan benda bernama ‘harapan’ di dasar kotak yang dibukanya, semoga Satgas Pemberantasan Mafia Hukum juga berhasil menumbuhkan harapan itu. Harapan agar kepolisian bisa menjadi institusi yang bersih setelah berbagai kebusukan yang ada di dalamnya ‘tersucikan’.

*Didi Irawadi Syamsuddin: Anggota Komisi III DPR RI
(Sumber: Detik.com; Senin, 05/04/2010 12:16 WIB)
Atang S
Lahir dan dibesarkan di sebelah selatan kaki Gunung Ciremai, Kuningan - Jawa Barat.

Related Posts

Post a Comment

Subscribe Our Newsletter